P3GTK - Pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah perlu menekankan pentingnya protokol kesehatan 3M, khususnya di satuan pendidikan. Selain itu, penting pula memastikan kesiapan protokol kesehatan pada infrastruktur sekolah, seperti pengelolaan kantin, AC, hingga UKS.
Sukarelawan dari KawalCovid19, Ronald Bessie, menceritakan protokol kesehatan 3M pada individu membutuhkan peran guru sebagai teladan siswa. Guru harus memakai masker, misalnya, sebelum meminta murid disiplin memakai masker. Begitu pula dengan protokol kesehatan lain, seperti mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, serta menghindari kerumunan.
Sedangkan protokol kesehatan terkait infrastruktur menekankan prinsip protokol ventilasi, durasi, dan jarak (VDJ). Di ruang kelas, contohnya, meja siswa harus harus berjarak jarak minimal dua meter. Siswa harus membuka jendela selama PTM berlangsung. Apabila memakai AC, atur AC pada suhu 25 derajat Celcius, bukan lebih rendah.
“Harus ada pengaturan tangga dan koridor masuk sekolah, flow-nya masuk dari mana, keluar lewat mana. Ada sukarelawan yang menjaga agar murid tidak berkerumun dan berinteraksi dengan anak kelas lain. Di tangga, bedakan jalur naik dan turun. Diberi tanda saja, agar terlihat lebih jelas.” ujar dia dalam Seri Webinar 1 P3GTK Persiapan PTM Tahun Ajaran Baru 2021/2022, Kamis (3/6/2021).
Sebelum siswa masuk, sekolah harus melakukan screening kepada para siswa, baik aturan maupun pemeriksaan fisik. Aturan itu misalnya murid yang demam tidak boleh belajar di sekolah. Di gerbang sekolah, ada juga guru yang memastikan semua murid memakai masker, mengecek suhu tubuh, dan mencuci tangan sebelum masuk kelas.
Untuk memudahkan mencuci tangan, harus ada penambahan fasilitas ini di tempat-tempat yang terjangkau. Jumlah tersebut menyesuaikan jumlah siswa tanpa menimbulkan kerumunan. Durasi mencuci tangan biasanya 20 detik per orang. Fasilitas mencuci tangan idealnya tersambung langsung dengan sumber air.
“Apabila tidak tersedia fasilitas mencuci tangan bisa pakai hand sanitizer di beberapa tempat. Duplikasi hand sanitizer lebih mudah, tapi butuh banyak biaya. Harga hand sanitizer 10 kali lipat daripada harga sabun cuci tangan,” imbuh Ronald.
Kemudian, kantin juga harus mempersiapkan protokol kesehatan ketat. Pelayanan di kantin bisa mengadopsi sistem prapesan guna menghindari kerumunan. Aktivitas makan yang berisiko tinggi terhadap penularan perlu diatur dengan larangan berbicara selama makan. Jika tidak memungkinkan menjaga jarak, beri pembatas di meja antarpengunjung yang makan.
Sekolah juga perlu mengantur jam istirahat sesuai kelompok umur agar tidak terjadi kerumunan. Melalui sistem prapesan, makanan diberi nama dan disiapkan di meja.
“Kalau tidak bisa memastikan protokol kesehatan, lebih baik tidak ada kantin. Karena ini terkait keamanan,” sambung dia.
Protokol VDJ juga berlaku untuk ruang perpustakaan, tempat ibadah, dan ruang UKS.
“Ruang UKS seharusnya menyiapkan khusus fasilitas untuk isolasi sementara. Tujuannya memisahkan murid yang sakit akibat cedera atau lelah dengan murid yang bergejala Covid-19. Minta segera orang tua agar menjemput anaknya yang bergejala Covid-19 agar mendapatkan penanganan lebih lanjut,” ungkapnya.
“Di dalam ruang ibadah perlu juga menerapkan VDJ. Tandai area yang boleh digunakan untuk duduk/solat. Ventilasi dibuka dengan baik. Untuk perpustakaan, kita bisa lakukan strukturisasi, misalnya untuk peminjaman buka dicatat sehari sebelumnya. Untuk buku-buku kelompok umur tertentu dibedakan segmennya sehingga tidak bercampur, lebih terklaster interaksi di antara siswa-siswa,” tambahnya,
Di dalam kesehatan, olahraga menjadi bagian yang mandatori. Untuk olahraga yang relatif aman seperti lari, bulutangkis akan membuat siswa tetap bergerak dengan interaksi yang minimal.
“Pilih olahraga yang minim kontak tubuh, seperti bulutangkis, lompat tali, lari, senam, dan lainnya,” ungkap Ronald.
“Lalu, pelajaran kesenian hindari materi menyanyi dan memainkan alat musik tiup. Sebagai alternatif, pilih kesenian dengan menggambar, melukis, mewarnai, bermain perkusi dengan tidak bertukar kuas ataupun pensil warna,” tambahnya.
Protokol 3M dan VDJ harus diterapkan dengan baik di sekolah agar kegiatan belajar tatap muka berlangsung dengan baik dan aman. Untuk 3M tentu harus dilakukan oleh setiap individu sedangkan untuk VDJ perlu dipersiapkan dengan baik infrastruktur di sekolah masing-masing.
“Kita harus mengingat 3M dan VDJ. Ini harus dilakukan oleh setiap individu. Kita harus mempersiapkan infrastruktur di sekolah dengan VDJ sehingga kita bisa melakukan kegiatan tatap muka dengan baik dan aman,” tutupnya.
Sukarelawan dari KawalCovid19, Ronald Bessie, menceritakan protokol kesehatan 3M pada individu membutuhkan peran guru sebagai teladan siswa. Guru harus memakai masker, misalnya, sebelum meminta murid disiplin memakai masker. Begitu pula dengan protokol kesehatan lain, seperti mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, serta menghindari kerumunan.
Sedangkan protokol kesehatan terkait infrastruktur menekankan prinsip protokol ventilasi, durasi, dan jarak (VDJ). Di ruang kelas, contohnya, meja siswa harus harus berjarak jarak minimal dua meter. Siswa harus membuka jendela selama PTM berlangsung. Apabila memakai AC, atur AC pada suhu 25 derajat Celcius, bukan lebih rendah.
“Harus ada pengaturan tangga dan koridor masuk sekolah, flow-nya masuk dari mana, keluar lewat mana. Ada sukarelawan yang menjaga agar murid tidak berkerumun dan berinteraksi dengan anak kelas lain. Di tangga, bedakan jalur naik dan turun. Diberi tanda saja, agar terlihat lebih jelas.” ujar dia dalam Seri Webinar 1 P3GTK Persiapan PTM Tahun Ajaran Baru 2021/2022, Kamis (3/6/2021).
Sebelum siswa masuk, sekolah harus melakukan screening kepada para siswa, baik aturan maupun pemeriksaan fisik. Aturan itu misalnya murid yang demam tidak boleh belajar di sekolah. Di gerbang sekolah, ada juga guru yang memastikan semua murid memakai masker, mengecek suhu tubuh, dan mencuci tangan sebelum masuk kelas.
Untuk memudahkan mencuci tangan, harus ada penambahan fasilitas ini di tempat-tempat yang terjangkau. Jumlah tersebut menyesuaikan jumlah siswa tanpa menimbulkan kerumunan. Durasi mencuci tangan biasanya 20 detik per orang. Fasilitas mencuci tangan idealnya tersambung langsung dengan sumber air.
“Apabila tidak tersedia fasilitas mencuci tangan bisa pakai hand sanitizer di beberapa tempat. Duplikasi hand sanitizer lebih mudah, tapi butuh banyak biaya. Harga hand sanitizer 10 kali lipat daripada harga sabun cuci tangan,” imbuh Ronald.
Kemudian, kantin juga harus mempersiapkan protokol kesehatan ketat. Pelayanan di kantin bisa mengadopsi sistem prapesan guna menghindari kerumunan. Aktivitas makan yang berisiko tinggi terhadap penularan perlu diatur dengan larangan berbicara selama makan. Jika tidak memungkinkan menjaga jarak, beri pembatas di meja antarpengunjung yang makan.
Sekolah juga perlu mengantur jam istirahat sesuai kelompok umur agar tidak terjadi kerumunan. Melalui sistem prapesan, makanan diberi nama dan disiapkan di meja.
“Kalau tidak bisa memastikan protokol kesehatan, lebih baik tidak ada kantin. Karena ini terkait keamanan,” sambung dia.
Protokol VDJ juga berlaku untuk ruang perpustakaan, tempat ibadah, dan ruang UKS.
“Ruang UKS seharusnya menyiapkan khusus fasilitas untuk isolasi sementara. Tujuannya memisahkan murid yang sakit akibat cedera atau lelah dengan murid yang bergejala Covid-19. Minta segera orang tua agar menjemput anaknya yang bergejala Covid-19 agar mendapatkan penanganan lebih lanjut,” ungkapnya.
“Di dalam ruang ibadah perlu juga menerapkan VDJ. Tandai area yang boleh digunakan untuk duduk/solat. Ventilasi dibuka dengan baik. Untuk perpustakaan, kita bisa lakukan strukturisasi, misalnya untuk peminjaman buka dicatat sehari sebelumnya. Untuk buku-buku kelompok umur tertentu dibedakan segmennya sehingga tidak bercampur, lebih terklaster interaksi di antara siswa-siswa,” tambahnya,
Di dalam kesehatan, olahraga menjadi bagian yang mandatori. Untuk olahraga yang relatif aman seperti lari, bulutangkis akan membuat siswa tetap bergerak dengan interaksi yang minimal.
“Pilih olahraga yang minim kontak tubuh, seperti bulutangkis, lompat tali, lari, senam, dan lainnya,” ungkap Ronald.
“Lalu, pelajaran kesenian hindari materi menyanyi dan memainkan alat musik tiup. Sebagai alternatif, pilih kesenian dengan menggambar, melukis, mewarnai, bermain perkusi dengan tidak bertukar kuas ataupun pensil warna,” tambahnya.
Protokol 3M dan VDJ harus diterapkan dengan baik di sekolah agar kegiatan belajar tatap muka berlangsung dengan baik dan aman. Untuk 3M tentu harus dilakukan oleh setiap individu sedangkan untuk VDJ perlu dipersiapkan dengan baik infrastruktur di sekolah masing-masing.
“Kita harus mengingat 3M dan VDJ. Ini harus dilakukan oleh setiap individu. Kita harus mempersiapkan infrastruktur di sekolah dengan VDJ sehingga kita bisa melakukan kegiatan tatap muka dengan baik dan aman,” tutupnya.