Tak banyak laki-laki menjadi guru, apalagi kepala Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak (KB-TK). Dari yang sedikit itu, ada Khumaidi Tohar, M.Pd., yang diangkat sebagai Kepala TK-KB Labschool Jakarta untuk masa jabatan 2020-2024. Hari-harinya sudah sangat akrab dengan 150 peserta didik. Ia dibantu seorang wakil kepala dan 18 guru, plus seorang guru inklusi.
Merdeka Belajar di mata Khumaidi bukan sekadar adagium dan jargon. Merdeka belajar adalah proses pendidikan yang “tumbuh”. “Yang ditumbuhkan setidaknya ada tiga hal, pertama merdekanya lingkungan belajar yang berkualitas di satuan pendidikan, khususnya kamu untuk pendidikan anak usia dini, yang mengembangkan seluruh aspek dan potensi peserta didik,” katanya.
Kedua, merdekanya proses pembelajaran humanis yang memandang peserta didik merupakan pusat dan tujuan utama pembelajaran. Prinsip pembelajaran didasarkan kemampuan anak itu sendiri tanpa memaksakan harus sejajar dengan anak lain. Ketiga, merdekanya satuan pendidikan untuk mengembangkan kerangka dasar kurikulum sendiri sehingga struktur kurikulum di satuan pendidikan fleksibel, unik, dan didasarkan pada nilai-nilai lokal daerah.
Selama mengikuti seleksi PSP, Khumaidi merasakan dukungan penuh keluarga, rekan, guru, dan tenaga kependidikan, mengingat tidaklah mudah membagi waktu untuk melewati seleksi hingga merampungkan tugas-tugas selama proses mengikuti PSP dan tugas keseharian sebagai kepala satuan pendidikan.
Khumaidi amat senang selama proses pelatihan PSP, dapat berkolaborasi dengan rekan-rekan kepala sekolah dari banyak daerah. “Kami dapat menuangkan ide, memecahkan berbagai permasalahan dengan egaliter berdasarkan pengalaman masing-masing peserta untuk dibuat kesepakatan baru yang demokratis meski semuanya dilakukan di ruang virtual,” katanya. Kendala selama pelatihan daring hanya soal perbedaan waktu antara Indonesia barat, tengah dan timur.
Setelah mengikuti serangkaian pelatihan, Khumaidi merasakan dampak pada dirinya menjadi sebagai kepala sekolah yang lebih humanis, egaliter, dan demokratis dalam melakukan tugas pokok dan fungsi sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah. “Kompetensi sebagai kepala sekolah semakin tumbuh dalam menjalankan transformasi kepemimpinan di satuan pendidikan dengan melibatkan secara lebih demokratis stake holder terkait seperti orang tua, civitas sekolah, dan masyarakat dalam mengembangkan satuan pendidikan,” katanya.
Khumaidi berharap agar PSP dapat menjangkau lebih dari 200 ribuan satuan PAUD, baik formal, informal maupun nonformal. Satuan PAUD dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote semoga dapat bergerak bersama, tumbuh bersama, menjadi PAUD berkualitas yang memberikan layanan pendidikan dalam iklim lingkungan belajar yang berkualitas.
“Kepada rekan kepala sekolah di satuan-satuan PAUD di seluruh Indonesia, mari kita mencintai Indonesia. Mari berikan pelayanan yang baik, yang merdeka dalam bermain, merdeka dalam belajar. Kepada rekan-rekan yang sedang mengikuti seleksi PSP Angkatan 2 terus semangat untuk menumbuhkan transformasi kepemimpinan di satuan pendidikan, khususnya PAUD. Salam Sekolah Penggerak!’ kata Khumaidi antusias.
Merdeka Belajar di mata Khumaidi bukan sekadar adagium dan jargon. Merdeka belajar adalah proses pendidikan yang “tumbuh”. “Yang ditumbuhkan setidaknya ada tiga hal, pertama merdekanya lingkungan belajar yang berkualitas di satuan pendidikan, khususnya kamu untuk pendidikan anak usia dini, yang mengembangkan seluruh aspek dan potensi peserta didik,” katanya.
Kedua, merdekanya proses pembelajaran humanis yang memandang peserta didik merupakan pusat dan tujuan utama pembelajaran. Prinsip pembelajaran didasarkan kemampuan anak itu sendiri tanpa memaksakan harus sejajar dengan anak lain. Ketiga, merdekanya satuan pendidikan untuk mengembangkan kerangka dasar kurikulum sendiri sehingga struktur kurikulum di satuan pendidikan fleksibel, unik, dan didasarkan pada nilai-nilai lokal daerah.
Selama mengikuti seleksi PSP, Khumaidi merasakan dukungan penuh keluarga, rekan, guru, dan tenaga kependidikan, mengingat tidaklah mudah membagi waktu untuk melewati seleksi hingga merampungkan tugas-tugas selama proses mengikuti PSP dan tugas keseharian sebagai kepala satuan pendidikan.
Khumaidi amat senang selama proses pelatihan PSP, dapat berkolaborasi dengan rekan-rekan kepala sekolah dari banyak daerah. “Kami dapat menuangkan ide, memecahkan berbagai permasalahan dengan egaliter berdasarkan pengalaman masing-masing peserta untuk dibuat kesepakatan baru yang demokratis meski semuanya dilakukan di ruang virtual,” katanya. Kendala selama pelatihan daring hanya soal perbedaan waktu antara Indonesia barat, tengah dan timur.
Setelah mengikuti serangkaian pelatihan, Khumaidi merasakan dampak pada dirinya menjadi sebagai kepala sekolah yang lebih humanis, egaliter, dan demokratis dalam melakukan tugas pokok dan fungsi sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah. “Kompetensi sebagai kepala sekolah semakin tumbuh dalam menjalankan transformasi kepemimpinan di satuan pendidikan dengan melibatkan secara lebih demokratis stake holder terkait seperti orang tua, civitas sekolah, dan masyarakat dalam mengembangkan satuan pendidikan,” katanya.
Khumaidi berharap agar PSP dapat menjangkau lebih dari 200 ribuan satuan PAUD, baik formal, informal maupun nonformal. Satuan PAUD dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote semoga dapat bergerak bersama, tumbuh bersama, menjadi PAUD berkualitas yang memberikan layanan pendidikan dalam iklim lingkungan belajar yang berkualitas.
“Kepada rekan kepala sekolah di satuan-satuan PAUD di seluruh Indonesia, mari kita mencintai Indonesia. Mari berikan pelayanan yang baik, yang merdeka dalam bermain, merdeka dalam belajar. Kepada rekan-rekan yang sedang mengikuti seleksi PSP Angkatan 2 terus semangat untuk menumbuhkan transformasi kepemimpinan di satuan pendidikan, khususnya PAUD. Salam Sekolah Penggerak!’ kata Khumaidi antusias.